Lewat Virtual, Japelidi Sukses Gelar Pelatihan Penguatan Literasi Digital Pemuda di Gowa

TERASKATA.COM, GOWA – Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) bekerjasama dengan Konsulat Amerika Serikat yang ada di Surabaya menggelar pelatihan Penguatan Literasi Digital Pemuda di Indonesia Timur yakni di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan secara virtual, Sabtu (9/4/2022).

Diketahui bahwa Kabupaten Gowa menjadi daerah kedua yang beruntung mendapatkan pelatihan ini setelah Bali. Ada lima wilayah sasaran kegiatan ini, yaitu Sulawesi Selatan, Maluku, NTT, Kalimantan selatan, dan Bali.


Koordinator Nasional Japelidi, Novi Kurnia menyebutkan target peserta 500 anak muda dengan rentang usia 15-19 tahun.

“Mereka yang membangun bangsa kita untuk lebih maju, maka program pelatihan ini untuk penguatan kawan muda di Indonesia Timur. Tujuannya untuk membantu anak muda di Indonesia Timur dalam mengembangkan kompetensinya di Indonesia timur,” jelasnya pada pembukaan kegiatan yang digelar via zoom.

Lebih lanjut kata Novi, pelatihan ini merupakan program yang kedua dari apa yang telah dilakukan.

“Kita sudah FGD dan membuat modul. Pelatihan ini jadi bagian yang kedua. Ada juga lomba atau sayembara yang kita gelar. Informasi lengkapnya silakan melongok ke website Japelidi untuk memahami map digital di Indonesia,” paparnya.

Pada Pengenalan isu literasi digital, dosen Komunikasi UGM ini menyebutkan bahwa saat ini kehidupan tidak bisa lepas dari internet. media sosial, dan perangkat gawai. Sehingga kata Novi, ada beberapa tantangan yang dirangkum dari FGD yang digelar tahun lalu. Pertama, kalau menggunakan media sosial banyak yang tidak sopan.

“Banyak netizen yang suka ngata-ngatain orang body shaming, ngejek, kata kasar. Solusinya kita sebagai kawan muda ini, kita harus etis karena kita berinteraksi dengan orang lain,” jelasnya.

Kedua, tambah Novi, perilaku Gaptek, kurang canggih memanfaatkan media digital.

“Nggak tau ngeblok, kalau sering diinvite di whatsapp grup cara supaya tidak otomatis bagaimana, cari kata kunci untuk verifikasi, mungkin bisa tapi ndak optimal. Maka jadi cakap dan keren di media digital untuk tahu cara setting password yang kuat,” tambahnya.

Kemudian tantangan ketiga, mudah terlena bujuk rayu penipuan digital, banyak tawaran dapat hadiah di tepon di sms dengan uang dan hadiah itu jadi iming-iming luar biasa. Keempat, kurang menghargai pemberdayaan di media digital.

“Indonesia ini suku bangsa kaya, banyak perbedaan identitas yang lain. Solusinya kita harus keren menggunakan media digital, sadar kita warga Indonesia,” paparnya.

Diketahui, materi diisi oleh empat orang tim japelidi lainnya. Rita Gani dosen FIKOM Universitas Islam Bandung, Sitti Utami Rezkiawaty Kamil, Dosen Ilmu Komunikasi Fisip universitas Halu Oleo, Citra Rosalyn Anwar, dosen Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Makassar, dan Andi Fauziah Astrid Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

Dihadiri sebanyak 33 orang peserta, pelatihan ini sempat menjadi ajang curhat beberapa peserta. Di sesi sharing banyak yang bercerita bagaimana mereka cakap digital dengan membuat konten dan mendapatkan subscriber dan viewer yang banyak.

Selain itu, ada juga peserta yang curhat mengenai perlakuan yang tidak menyenangkan, salah satunya Fathiyah yang disebut narsis oleh temannya.

“Waktu itu kayak buat question box terus karena banyak storynya jadi dikomen disebut narsis terus jadi introvert dan ndak mau share lagi. Komentar itu berpengaruh sekali apalagi kalau dekat dengan saya,” beber Fathiyah.

Sebagai informasi, pada saat pelaksanaan kegiatan ini juga sekaligus diperkenalkan dua program Japelidi, yaitu launching modul baru yang dikeluarkan Japelidi berjudul Lentera literasi digital Indonesia dan pengumuman lomba video kreatif.(*/Dev)


Komentar