TERASKATA, Pinrang – Desa Letta merupakan salah satu wilayah di kabupaten Pinrang yang banyak ditumbuhi tanaman aren dan sejak lama menjadi salah satu potensi penunjang ekonomi masyarakat setempat.
Salah satu bagian utama aren yang banyak dimanfaatkan yaitu nira aren yang telah lama diolah manjadi gula aren cetak, bahkan sebutan untuk pengrajin gula aren ini telah mengenal diversifikasi olahan nira aren menjadi gula semut.
Gula semut adalah gula aren yang berbentuk butiran atau kristal. Gula semut memiliki beberapa keunggulan dibanding gula aren cetak yaitu lebih praktis diaplikasikan sebagai bahan tambahan makanan dan minuman. Karena dalam tahapan pembuatan gula semut melibatkan pengeringan, maka kadar air gula semut lebih rendah sehingga lebih awet.
Ditinjau dari nilai ekonominya, gula semut harganya lebih tinggi dibanding gula aren cetak. Selain itu gula semut lebih praktis dalam pengemasan, penyimpanan dan distribusi.
Namun di balik berbagai keunggulan tersebut, masih terdapat tantangan yang dihadapi salah satunya adalah proses pengolahan yang belum banyak masyarakat ketahui. Selama ini proses pembuatan gula semut dinilai rumit dan membutuhkan mesin kristalisasi yang mahal, sehingga menyulitkan warga pelosok untuk mengaksesnya.
Salah satu upaya untuk mensejahterakan masyarakat pelosok agar dapat memberdayakan ekonomi sekitar yaitu melalui pelatihan mengenai inovasi aren dengan pembuatan gula semut yang diselengarakan oleh PLN Peduli bersama Dompet Dhuafa Sulsel.
Bertempat di Dusun Sipatokkong, Desa Letta, Kabupaten Pinrang, kegiatan pelatihan yang bertajuk Peningkatan Standarisasi Produk Gula Aren yang berlangsung pada 16 – 18 Juni 2022 telah dilaksanakan dengan lancar.
Pada kegiatan ini melibatkan sebanyak 50 peserta dengan menghadirkan narasumber dari Panrita Golla Sinjai. Pelatihan berlangsung selama 3 hari tersebut, disambut penuh antusias oleh para warga. Peserta tidak hanya mengerti teori-teori mengenai aspek standarisasi pengolahan gula aren semata, namun dapat mempraktekan proses pembuatan gula semut.
Antusias peserta juga ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para ibu-ibu selama sesi pelatihan berlangsung. Salah seorang penerima manfaat Ibu Mannaria (47) berbagi pengalamannya.
“Saya baru pertama kalinya melihat gula aren seperti bentuknya gula pasir, selama ini kami biasanya tahunya itu gula palm sugar yang biasa dibuat bikin kue. Setelah ikut pelatihan ternyata bisa dibuat sendiri, tidak usah pake mesin pakai wajan saja bisa,” terangnya.
Adapun produk yang dihasilkan dari pelatihan ini terbagi atas 3 jenis olahan yaitu gula semut original, gula semut jahe dengan mencampurkan jahe pada saat proses pengolahan, serta gula aren liquid yang berbentuk cair.
Diharapkan kegiatan ini menjadi komoditi unggulan di Desa Letta sehingga dapat bersaing dengan produk sejenis lainya yang ada dipasaran.(*)
Komentar