Kalla Institute Gelar Seminar Kebangsaan, Bahas Perihal Restorasi Semangat Nasionalisme

Lebih lanjut kata dia, dalam mewujudkan semangat jiwa nasionalisme perlu adanya sikap yang lebih peka, sensitif dan tidak apatis.

“Untuk bisa mewujudkan sikap nasionalisme maka kita harus lebih peka dan sensitif terhadap lingkungan sekitar yang berkaitan dengan kemajuan bangsa dan negara kita, jangan apatis,” pungkasnya.

Hal senada pun juga dipaparkan oleh Kesbangpol Kabupaten Maros, Kamaluddin Nur. Menurutnya nasionalisme itu adalah berbicara mengenai wujud kecintaan masyarakat terhadap bangsa Indonesia, dengan tetap menghargai bangsa lain.

“Nasionalisme itu berbicara, bagaimana kita bisa cinta pada bangsa kita, termasuk mencintai produk-produk Indonesia. Tetapi di sisi lain kita tetap menghargai bangsa dan negara lain,” ungkapnya.

Lebih lanjut kata dia, polarisasi masih terjadi di Indonesia dan kesannya menjadi krisis kebangsaan. Sehingga, ia berharap agar para pelajar-pelajar yang turut hadir dalam kegiatan seminar kebangsaan tersebut untuk tidak terpolarisasi oleh elit-elit tertentu.

“Kesan polarisasi yang menjadi krisis kebangsaan. Dampaknya ke krisis ekonomi, sosial dan krisis lainnya. Saya tidak mau adik-adik siswa kita bisa terpolarisasi oleh elit-elit tertentu,” harapnya.

“Bangsa yang maju adalah kegika memiliki pemuda-pemuda gang Nasionalisme yang tinggi,” imbuhnya.

Sementara itu, Tawakkal Kahar selaku pembicara ketiga sedikit mengulik perihal nasionalisme dalam perspektif atau bidang pendidikan. Menurutnya, ada 3 hal yang menggambarkan perwujudan semangat nasionalisme dalam dunia pendidikan.

“Ingat sejarah bangsa, mengembangkan bakat dan menguatkan karakter,” cetusnya.

Bahkan kata dia, tidak akan pernah tercapai Indonesia sebagai negara yang maju, tanpa adanya semangat jiwa nasionalisme yang tinggi.

“Tidak akan tercapai indonesia maju, jika tidak ada semnagat Nasionalisme Indonesia,” kuncinya.(Dev)

Komentar